LAPORAN FMA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endomikoriza merupakan cendawan
yang tidak memiliki tubuh buah, dalam artian ini, endomikoriza sangat sulit di
lihat dengan mata biasa, harus dengan menggunakan mikroskop. Endomikoriza
menginfeksi tumbuhan hingga bagian sel perakaran tanaman. Endomikoriza
berkembang dengan perpanjangan hifa-hifanya. Endomikoriza sangat membantu dalam
proses perkembangan tanaman, terutama pada penyerapan unsur hara dan air.
Perpenjangan hifanya yang kecil mampu menembus lapisan-lapisan tanah untuk
mendapatkan unsur yang dibutuhkan. Meningkatkan ketahanan akar terhadap patogen
akar. Cendawan mikoriza melalui jaringan
hifa eksternal
dapat memperbaiki dan memantapkan struktur tanah.
Pada jenis endomikoriza, jaringan hifa cendawan masuk kedalam sel
kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang
disebut vesicle dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscule,
sehingga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorhizae (FMA ).
FMA adalah struktur sistem
perakaran yang terbentuk sebagai maniferstasi adanya simbiosis mutalistik
anatara cendawan (myces) dan
perakaran (rhiza). Fungi mikoriza arbuskula (FMA) banyak mendapat
perhatian karena penyebarannya lebih luas dan dapat berasosiasi dengan sebagian
besar tumbuhan termasuk Angiospermae, Gymnospermae, Plevidovila, dan Byropita.
Jenis tumbuhan potensial seperti Leguminosa dan Gymnospermae pada umumnya
bermikoriza (berasosiasi denga FMA) walaupun tingkat kerapatannya berbeda.
Spora FMA biasanya dapat ditemukan
pada akhir atau pada pertengahan musim tunmbuh dari pada awal musim tumbuh. Hal ini disebabkan bahwa dalam
produksi spora FMA akan meningkatkan jika pertumbuhan akar menjadi lambat atau
berhenti. Selanjutnya kolonisasi akar oleh FMA akan mencapai maksimum pada
akhir musim tumbuh jika kegiatan
eksplorasi atau pengumpulan spora FMA dilakukan pada lahan-lahan pertanian yang
cedara intensif ditanami, maka waktu eksplorasi yang paling baik adalah pada
akhir musim kemarau.
Beberapa teknik telah digunakan
untuk mengisolasi spora FMA, akan tetapi sebagai dasar dari semua teknik
isolasi yang digunakan adalah teknik penyaringan basah. Teknik penyaringan
basah dimaksudkan untuk memisahkan pasir, liat dan bahan organik lain yang
menempel pada spora melalui berbagai macam ukuran saringan. Teknik ini relatif
cepat, akan tetapi apabial spora dalam sampel tanah jumlah nya sedikit maka
diperlukan kegiatan pemurnian lebih lanjut melalui trapping.
Oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana bentuk dari endomikoriza sehingga dianggap perlu praktikum
ini dilaksanakan.
A. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakanya praktikum ini yaitu :
1.
Praktikan mengetahui
jenis inang yang berasosiasi dengan fungi endomikoriza di alam.
2.
Praktikan mampu mengekstraksi spora fungi
endomikoriza dari tanah.
Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :
1. Praktikan
dapat mengetahui jenis inang yang berasosiasi dengan fungi endomikoriza
di alam.
2.
Praktikan dapat mampu mengekstraksi spora
fungi endomikoriza dari tanah.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Deskripsi Fungi Mikorisa Arbuskula (FMA)
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) adalah fungi yang berasosiasi dengan perakaran tanaman
tingkat tinggi dengan sebagian besar tumbuhan termasuk Angiospermae,
Gymnospermae, Plevidovila dan Bryopita atau suatu bentuk hubungan simbiosis
mutualistik antara jamur (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi.
Mikoriza dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air
yang tidak tersedia lagi bagi tanaman
juga berfungsi sebagai kontrol biologi dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan (Parnata, 2010).
Istilah mikoriza yang
berarti jamur akar pertama kali diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1855. Dalam
deskripsinya kemudian Fank membagi mikoriza berdasarkan tempat jamur berkembang
dalam akar menjadi dua golongan yaitu ektomikoriza, jamur yang berkembang di
permukaan luar akar dan diantara sel-sel korteks akar. Dan endomikoriza, jamur
yang berkembang di dalam akar diantara dan didalam sel-sel korteks akar (
Martawijaya, 1989).
Pada saat ini endomikoriza
dibedakan menjadi empat tipe yaitu Phycomycetous atau lebih dikenal
sebagai Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA), Orchidaceus, Ericoid, dan
Arbutoid. Diantara tipe-tipe itu Phycomycetous memiliki daerah sebaran yang
sangat luas sedangkan tipe yang lain ditemukan pada jenis tumbuhan tertentu saja
(Orwa, 2009).
Mikoriza Vesikular Arbuskula
(MVA) merupakan jenis fungi yang hidup berkoloni pada beberapa jenis tanaman
pertanian, termasuk tanaman hortikultura dan Kehutanan. Beberapa jenis yang
dapat diidentifikasi termasuk ke dalam genus Glomus, Gigaspora, Acaulospora,
Sclerocytis. MVA hidup bersimbiosis dengan tanaman inang dan tidak dapat
ditumbuhkan pada media buatan di laboratorium. MVA membantu pertumbuhan tanaman
dengan memperbaiki ketersediaan hara fosfor
dan melindungi perakaran dari serangan patogen (Trappe and Schneck,
1982).
A. Deskripsi Tanaman Tusam (Pinus merkusii)
a.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopytha
Sub divisi :
Gymnospermae
Kelas :
Coniferae
Ordo :
Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii
Pada umumnya pohon pinus dapat
mempunyai ukuran raksasa dengan tinggi 30-40 m atau lebih. Panjang batang bebas cabang 2 – 23 meter,
diameter dapat dicapai sampai 100 cm, dan tidak berbanir. Kulit luar kasar,
berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan
dalam tajuk berbentuk kerucut serta daunnya merupakan daun jarum. Daun jarum
mulai gugur setelah berumur kira-kira satu setengah tahun dan selanjutnya
pengguguran ini berlangsung terus, tetapi karena musin gugur tidak nyata, pohon
pinus tidak pernah gundul. Pinus merkusii
adalah satu-satunya jenis famili Pinaceae yang tumbuh secara alami di
Indonesia. Daerah penyebarannya meliputi Burma, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam,
Philippina dan Indonesia ( Rosiana,2005).
Secara ekonomis Hutan Tanaman
Pinus mempunyai peran yang besar bagi Perum Perhutani karena Pinus merupakan
primadona kedua setelah jati, hal ini juga ditunjukkan dengan luasan klas
perusahaan hutan pinus yang berada di urutan ke dua. Manfaat keberadaan Hutan
pinus juga sangat dirasakan oleh masyarakat dengan ikut terlibat dalam
pengambilan getahnya. Disamping getah pinus, masyarakat juga dapat memanfaatkan
hutan tanaman pinus untuk tumpang sari tanaman pangan dan tanaman rumput pakan
ternak. Disamping berperan secara ekonomis, hutan tanaman pinus juga mempunyai
peran ekologis. Secara umum hutan dapat berperan sebagai regulator air yang
berarti mempunyai fungsi hidrologi. Perubahan parameter hidrologi akan
mempunyai implikasi yang besar baik secara ekonomis maupun ekologis mengingat
fungsi hidrologi dan tata air sangat eratkaitannya dengan kehidupan masyarakat
(Parnata, 2010).
B. Asosiasi Edominikorisa Dengan Perakaran Tusam
(Pinus merkusii)
Cendawan endomikoriza penggunaannya
sangat terbatas, yaitu hanya dapat ditemukan dan digunakan pada tanaman
keras, seperti pada tanaman kehutanan tertentu (pinus, eucalyptus, dan
keluarga Dipterocarpacea) (Setiadi, 1988)
Tusam cocok dikembangkan sebagai
tanaman pilihan dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis, karena tusam mampu
tumbuh di lahan yang miskin akan unsur hara yang disebabkan oleh adanya
kemampuan untuk bersimbiosis dengan cendawan mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan
mengkoloni perakaran tanaman tusam tanpa menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa
terjadi pada infeksi jamur patogen, dan sebaliknya jamur mendapat pasokan
nutrisi secara teratur dari perakaran
tanaman tusam (Pinus merkusii)
(Rao, 1994).
C. EKSTRASI SPORA (FMA)
Spora merupakan propagul yang bertahan hidup
dibandingkan dengan hifa yang ada di dalm akar tanaman. Spora terdapat pada
ujung hifa eksternal dan dapat hidup selama berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Perkecambahan spora bergantung pada kondisi lingkungan seperti
pH, temperatur, dan kelembaban tanah serta kadar bahan organic (Jolocoeur dkk dalam Risti dkk,
2010). FMA mempunyai peranan biologis
yang cukup penting khususnya pada tanaman yaitu meningkatkan penyerapan
unsur hara, sebagai pelindung hayati (biopretektor), meningkatkan ketahanan
terhadap kekeringan, dan berperan sinergis dengan mikroorganisme lain (Soerianegara,
I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993).
Spora terbentuk pada
ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau
di dalam sporokarp pada jenis cendawannya. Perkecambahan spora sangat sensitif
tergantung kandungan logam berat yang terdapat di dalam tanah. Spora dapat
hidup di dalam tanah beberapa bulan sampai beberapa tahun (Utami, 2011).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Pinus Nanga-Nanga, Kelurahan Padaleu Kecamatan
Kambu Kota Kendari, pada hari Minggu, 4 November
2012 pukul 13.00 WITA sampai selesai.
B.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan pada
praktikum ini diantaranya yaitu :
tanah di
ambil di bawah akar tanaman.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
parang,
kamera digital, kertas label, plastik
label, pacul dan alat tulis menulis.
C. Prosedur
Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan dari praktikum
ini adalah sebgai berikut :
Pengambilan contoh tanah dan akar inang :
-
Membersihkan
rumput-rumput yang ada di sekitar perakaran.
-
Mengambil
contoh tanah dengan menggunakan cangkul atau bor tanah sedalam 10-15 cm.
-
Memasukkan
tanah tersebut ke dalam antong plastik, lalu memberi label keterangan: tanggal
pengambilan sampel, lokasi penambilan, vegetasi asal, jenis tanah, ketinggian
dari permukaan laut, dan informasi lainnya yang dirasa perlu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Gambar 6.
Mengambil sampel endomikoriza
di bawah tegakan dengan penjuru 4 mata angin sedalam 15 cm dari permukaan
tanah
|
Memasukkan sampel tanah ke
dalam kantung
|
Diberi label asal tegakan dan
fungi endomikoriza siap diidentifikasi
|
Ditulis
keterangan :
- Tanggal
pengumpulan
- Jenis
inang/vegetasi
- Info
lain yang dianggap penting :
a. Jenis
tanah
b. Suhu
dan kelembaban tanah
|
Gambar 1. Cara pengambilan endomikoriza di alam
B. Pembahasan
Endomikoriza merupakan salh satu jenis dari
mikoriza. Endomikoriza sangat banyak di
alam, selain dapat ditemukan pada tanaman pertanian, endomikoriza juga dapat
ditemukan di bawah tegakan pohon-pohon kehutanan. Endomikoriza dapat membantu
dalam proses penyerapan unsur hara serta mampu membantu tumbuhan untuk bertahan
pada kondisi yang ekstrim. Karena ukurannya yang sangat kecil dan hidup pada
perakaran tanaman, maka untuk melakukan penelitian tentang endomikoriza maka
diperlukan teknik pengumpulannya di alam agar mendapatkan endomikoriza yang
sesuai dengan yang diinginkan.
Teknik pengambilan endomikoriiza di alam
dilakukan dengan menggali tanah di sekitar perakaran tanaman yang kemungkinan
besar memiliki endomikoriza dan mengambil sampel tanah yang nantinya akan
digunakan untuk penelitian atau pembudidayaan. Untuk mendapatkan endomkikoriza
yang banyak, diperlukan perhatian untuk mengetahui kapan dan bagaimana
endomikoriza berkembang dengan baik.
Endomikoriza berkembang dengan baik ketika pada
awal musim tumbuh, karena pertumbuhan tumbuhan yang masih pada tingkat semai
sangat mudah untuk menemukan endomikoriza yang sesuai. Ketika suatu tumbuhan
tumbuh dengan cepat pada awal perkembangannya, kemungkinan besar pada
perakarannya teradapat mikoriza yang membantu perkembangannya. Endomikoriza
juga dapat ditemukan pada musim kemarau, ketika tanaman bertahan dari kurangnya
pasokan air, endomikoriza membantu perakaran tanaman dalam penyerapan air
sehingga pada musim kemarau tumbuhan tetap tahan terhadap kurangnya pasokan
air. Pada lahan tambang bekas pertambangan juga kemungkinan dapat ditemukan
endomikoriza di bawah tegakan pohon yang memiliki kemungkinan besar tidak mampu
untuk bertahan pada wilayah seperti itu, namun endomikoriza mampu membantu
tumbuhan untuk bertahan pada kondisi di mana kandungan logam berat pada suatu
lahan bekas tambang cukup tinggi sehingga kemungkinan besar di bawah tegakan
pohon-pohon yang ada pada lahan tersebut memiliki endomikoriza.
Kebanyakan endomikoriza berasosiasi dengan
tumbuhan dengan disivi Angiospermae,
Gymnospermae, Bryophyta, dan Pteridophyta.
Sehingga banyak endomikoriza yang di manfaatkan untuk keperluan-keperluan
pemenuhan kebutuhan manusia akan kayu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebagian besar tumbuhan menjadi
inang yang berasosiasi dengan fungi endomikoriza di alam termasuk Angiospermae,
Gymnospermae, Plevidovilla dan Bryophita. Walaupun tingkat kerapatannya
berbeda, jenis tumbuhan berpotensial seperti leguminosa dan Gymnospermae pun
pada umumnya bermikoriza (berasosiasi
dengan FMA).
1.
Pengekstraan
spora fungi endomikoriza dari tanah dilakukan dengan menggunakan teknik
penyaringan basah (wet sieving).
Teknik ini dimaksudkan untuk memisahkan atau mendapatkan spora yang bearsal
dari pasir/tanah yang diambil disekitar
perakaran tanaman tusam (Pinus mercusii).
2.
Pengekstrakan
spora fungi endomikoriza dari tanah dilakukan dengan menggunakan teknik
penyaringan basah (wet sieving).
Teknik ini dimaksudkan untuk memisahkan atau mendapatkan spora yang bersal dari
pasir/tanah yang diambil disekitar
perakaran tanaman longkida (Nauclea
orientalis).
B.
Saran
Sara yang dapat saya
sampaikan yaitu sebaiknya dalam penggumpulan fungi endomikoriza dilakukan
dengan cara yang lebih sistematis agar spora yang dihasilkan lebuh banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Martawijaya, A. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan, Bogor. Indonesia.
Steadi, 1988 Peranan Dan Prospek Mikoriza. Universitas Sriwijaya. Padang. [ http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/06/peran-dan-prospek-mikoriza-bagian-3.html.
Diakses 06 November 201224/1].
Rosiana, 2005. Botani tusam. Penerbit Kanisus.
Yogyakarta
Trappe and Schneck, 1982. Agroforestry tree database: a tree reference and selection guide version
4.6. medan
Utami, 2011. Meningkatkan
Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rao, N. S. S. 1994. Soil
Microorganisms and Plant Growth.
Oxford and IBM Publishing Co. (Terjemahan Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas
Indonesia. Press.
Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993. Plant Resources of South-East Asia 5(1): Timber trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers. Wageningen.
Belanda.
Trappe, J. M. and
N. C. Schneck. 1982. Taxonomy
Of The Fungi Forming Endomycorrhizal dalam Research. Aps, St.
Paul MN.
Parnata,
2010. Pertanian Organik. Penerbit
Karnisius. Yogyakarta
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
V. TEKNIK PENGGUMPULAN FUNGI ENDOMIKORIZA DIALAM
OLEH :
FERDIAN ARIEF ABADI
D1 B5 11 109
LABORATORIUM KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2012
Komentar
Posting Komentar